Mendengar kabar sesosok berusia 90-an tahun - dan dari Indonesia - mendapatkan
nominasi artis di festival film internasional tentunya mengusik rasa penasaran.
Meski belum berhasil menjadi artis
terbaik, sosok itu tetap diganjar dengan penghargaan khusus. Mbah Ponco Sutiyem (95)
telah diganjar dengan Special Jury Award dalam ASEAN Internasional Film
Festival and Award (AIFFA) 2017. Mbah Ponco meraih penghargaan tersebut dengan
memerankan tokoh mbah Sri dalam film Ziarah. Sebuah film yang bercerita sebuah
perjalanan menemukan kebenaran, tentang kenangan dan duka. Dengan ide cerita
yang sederhana namun disampaikan dengan cara yang tidak biasa. Film yang layak
masuk dalam daftar tonton.
Beberapa hari yang lalu sudah kesampaian untuk menonton
Ziarah. Dan sekarang memberanikan diri untuk membuat review sedikit. Semoga bermanfaat J
. . . . .
Ziarah, film karya BW Purba Negara mengemas cerita yang
sederhana dengan latar belakang dan lokalitas jawa yang epik. Penonton film
diajak untuk mengikuti perjalanan seorang mbah Sri untuk menemukan makam
suaminya yang dikabarkan gugur dalam peristiwa Clash II (Agresi Militer Belanda
II) tahun 1948. Setelah pertemuannya dengan mantan rekan pejuang suaminya, mbah
Sri seperti mendapatkan kepastian dimana lokasi makam suaminya. Dan mendorong
untuk menemukan harapan baru. Harapannya ketika meninggal nanti bisa disandingkan
dengan makam suami tercinta.
Pemilihan dialog-dialog yang efektif, sederhana, kadang
dengan simbolisme dan potongan informasi yang tidak lengkap, datang silih
berganti dengan tempo yang lambat. Sepertinya film ini memberikan penontonnya kesempatan
untuk mengikuti setiap adegan secara utuh. Adegan disajikan dengan cukup
sederhana, tanpa bertele-tele membuat terasa lebih nyata. Kita akan disuguhkan
adegan perjalanan dari dua tokohnya, mbah Sri yang pergi tanpa pamit kepada
cucunya, dan Prapto cucu mbah Sri yang pergi menyusul mbah Sri. Adegan demi
adegan membuka lembar demi lembar kebenaran yang tak seperti apa yang selama
ini mereka kenang. Kebenaran muncul satu demi satu seperti membenturkan
kenangan dan kenyataan. Film ini seolah-olah mendorong kita untuk lebih
personal menghadapi kebenaran yang kita temui dalam kehidupan. Seolah berkata,
jangan mengusik luka lama, biarkan kenangan tetap seperti sebelumnya.
Akan kah kita bersikap seperti itu? Bagaimana jika kita
salah? Sudi kah kenangan kita akan hancur oleh kebenaran yang baru terungkap?
Siap kah?
Keseluruhan adegan memberikan
perasaan yang familiar. Terasa otentik seperti halnya kejadian sehari-hari yang
biasa. Misteri siapa suami mbah Sri, terungkap dengan pelan, apa adanya. Setiap
informasi menuntun ujung pencarian semakin dekat. Yang juga semakin mengaduk
emosi, tanpa banyak drama, justru tampak datar sebenarnya. Sepanjang film ceritanya nyaris datar, diselingi adegan
yang tampak tidak berhubungan, nyaris tanpa konflik, pokok-nya syarat film yang membuat mengantuk. Namun jalinan ceritanya,
misterinya, musiknya, dan tempo yang lambat cukup sukses –setidaknya untuk aku- larut dalam suasananya.
Perjalanan mbah Sri bukan hanya melelahkan fisik tapi sekaligus
mengaduk emosi. Mendaki bukit demi bukit, melintasi desa demi desa, bertanya
dari satu orang ke orang lainnya, berbekal informasi yang harus dibuktikan
sendiri dengan mendatanginya satu demi satu, juga kebenaran yang siap untuk
meruntuhkan kenangan selama ini. Membayangkan energi kah apa yang mendorong
seorang renta untuk sanggup menjalaninya.
Menjelang akhir cerita, kita akan disajikan alasan mbah Sri melakukan pencarian makam suaminya. Disajikan juga tingkah laku salah satu
karakter yang menjadi tanya bagi penontonnya. Kenapa dia harus melakukan itu. Apa
dia takut, atau ada alasan lainnya. Well,
namun demikian karakter itu jua yang menggiring ke ujung pencarian mbah
Sri.
Dan, akhirnya film ini tetap memberikan kebebasan bagi
penontonnya untuk mengambil nilainya. Bagi sebagian orang akan merasa konklusi
yang diberikan kurang memuaskan, namun bagi aku pribadi sudah cukup. Karena pada
akhinya sejarah itu selalu kabur. Selalu ada potongan-potongan cerita yang tak
akan memuaskan rasa setiap orang.
TRAILER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar